Rabu, 26 Oktober 2011

PERAN KELUARGA DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
Keluarga menurut etimologi berarti baju besi yang kuat yang melindungi manusia dan menguatkannya saat dibutuhkan.
Adapun secara terminologis, keluarga berarti sekelompok orang yang pertama berinteraksi dengan bayi dan bersama merekalah bayi hidup pada tahun-tahun pertama pembentukan hidup dan usianya.
Fungsi utama keluarga yaitu menjaga fitrah anak yang lurus dan suci di atas akidah yang shohih, mengajarkan Islam yang berdasar kepada al-Qur’an dan as-Sunnah di atas pemahaman as-shalafush sholih. Meluruskan fitrahnya dan membangkitkan serta mengembangkan bakat serta kemampuan positifnya.
Fungsi selanjutnya adalah menciptakan lingkungan yang penuh dengan kasih sayang, lemah lembut, dan saling mencintai agar anak itu memiliki kepribadian normal yang mampu melaksanakan kewajiban dan memberikan sumbangsihnya.
Keluarga memiliki fungsi yang sangat penting dalam memberikan informasi tentang pendidikan dan kebudayaan masyarakat, bahasa, adat istiadat, dan norma-norma sosial yang tidak bertentangan dengan syari’at agar anak dapat mempersiapkan kehidupan sosialnya dalam masyarakat.
Di antara tugas keluarga yaitu memupuk bakat dan kemampuan anak untuk mencapai perkembangan yang baik, menyediakan lingkungan yang efektif dan kesempatan untuk menumbuhkan kecerdasan emosional, tingkah laku, sosial kemasyarakatan, dan kecerdasan intelegensi. Keluarga juga harus memberikan kenyamanan dan ketenangan, mampu memahami gerakan, isyarat dan kebutuhan anak, memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan anak di waktu yang tepat. Keluarga juga berperan dalam menumbuhkan kepekaan kesadaran bermasyarakat pada anak yang merupakan salah satu unsur kejiwaan, seperti halnya nurani. Kepekaan kesadaran bermasyarakat itu terus tumbuh di dalam jiwa anak dalam kedisiplinan keluarga.
Keluarga ibarat sekolah pertama yang dimasuki anak sebagai pusat untuk menumbuhkan kebiasaan (tabiat), mencari pengetahuan dan pengalaman. Keluarga adalah perantara untuk membangun kesempurnaan akal anak dan kedua orang tuanyalah yang bertanggung jawab untuk mengarahkan serta membangun (mengembangkan) kecerdasan berpikir anak.
Contohnya, ketika anak berusia lima tahun, ia mulai menunjukkan sifat yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Biasanya terjalin hubungan erat antara laki-laki dan ayahnya, antara anak perempuan dan ibunya. Saat-saat inilah kali pertamanya anak dekat dengan orang lain yang berjenis kelamin sama. Biasanya anak laki-laki menilai bapaknya sebagai teladan yang patut dicontoh. Demikian juga anak perempuan terhadap ibunya. Fase ini merupakan fase yang sangat penting baginya. Kedua orang tua harus sadar dan mampu memberikan contoh dan teladan di hadapan anak-anaknya. Semua sikap, perilaku, dan perbuatan kedua orang tua selalu menjadi perhatian anak-anak. Biasanya anak-anak pada usia seperti ini berusaha keras keras untuk memberikan kepuasan kepada kedua orang tuanya. Karena itu, pergunakanlah kesempatan fase kanak-kanak dan kedekatan emosional.
Para ahli ilmu pendidikan meyakini bahwa keluarga merupakan faktor utama yang mampu memberikan pengaruh di masa kanak-kanak, saat anak selesai sekolah, sampai anak itu lepas pengasuhan mengarungi bahtera kehidupan selamanya.
Anak mengambil prinsip kehidupan, akhlak, norma-norma sosial dari kedua orang tuanya, juga kebaikan-kebaikan dan kerusakan kedua orang tuanya. Kebenaran menurut anak adalah setiap yang dapat diterima oleh kedua orang tuanya dan kesalahan menurut mereka adalah setiap yang ditolak oleh kedua orang tuanya.
Bila setiap pasangan suami istri dapat menjaga keselamatan pembentukan jiwa anak dan memperhatikan setiap individu anggota keluarganya, berarti ia dapat mengantarkan masyarakat menuju perbaikan/reformasi umat seluruhnya.


Selasa, 25 Oktober 2011

PEMERATAAN DAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA
seperti diketahui, dunia pendidikan tanah air sampai saat ini masih menghadapi berbagai tantangan baik internal maupun eksternal. Secara internal dunia pendidikan dihadapkan pada sederet persoalan, seperti mutu, pemerataan dan akses pendidikan bermutu bagi seluruh warga.
Sementara itu, kemajuan ekonomi suatu negara bermuara dari stabilitas politik dan pendidikan. Indonesia yang memiliki potensi antara sumber daya alam, GDP perkapita, pasar dinamis dan pengalaman demokrasi seharusnya tidak tertinggal dari negara-negara tetangga atau negara berkembang di belahan benua lainnya.

sistem pendidikan sekarang membuat siswa belum siap menerima tantangan ke depan. “Selagi kita mengejar ketertinggalan, kita masih dalam sistem pendidikan abad 20. Sementara dunia sudah memasuki pendidikan abad 21. Gurunya bisa dari internet. Belajar bukan dari sekolah saja tapi juga kehidupan dan berani mengambil langkah. Pendidikan sekarang mesti membuat siswa berani memberikan jawaban yang berubah dan mengutamakan proses daripada jawaban benar semata-mata. Jadi bentuknya network bukan piramid.” ungkap Ketua DPD RI ini. Piramid adalah ilustrasi kondisi pendidikan nasional saat ini. Jumlah partisipan tingkat pendidikan rendah terletak di bagian bawah. Jumlah partisipan tingkat pendidikan tinggi terletak di bagian atas yang mengerucut.
Setelah diamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.
MENGIDENTIFIKASI MASALAH-MASALAH                                                              KEMISKINAN  DI SEKITAR KITA

Bagi kebanyakan orang, kemiskinan merupakan masalah yang cukup merisaukan. Ia dianggap sebagai penyakit sosial yang paling dahsyat dan menjadi musuh utama kepada rancangan pembangunan negara. Kemiskinan bukan sahaja dilihat sebagai fenomena ekonomi semata-mata, tetapi juga sebagai masalah sosial dan politik.
Sebenarnya adalah tidak mudah mendefinisikan konsep kemiskinan. Ada dua sebab utama kenapa hal ini berlaku. Pertama, definisi kemiskinan berbeda-beda mengikut disiplin. Dan kedua, ia berbeda-beda mengikut ruang geografi, masyarakat dan masa. Oleh kerana dua sebab ini, tidak ada satu takrif kemiskinan yang standard yang boleh diterima oleh semua orang atau oleh semua negara pada setiap masa. Dalam kes perbedaan ruang geografi, masyarakat dan masa misalnya, kemiskinan terpaksa dirujuk kepada ketidakcukupan keperluan asas yang berbeda-beda dari individu ke individu dalam masyarakat yang sama dan dari masyarakat ke masyarakat yang lain serta dari semasa ke semasa.
Di tengah-tengah kepelbagaian definisi dan perspektif kemiskinan, ada dua perkara yang kebanyakan mereka bersetuju. Pertama ialah bahawa kemiskinan itu berkait rapat dengan sindrom `kekurangan' dan kedua, ia berkait rapat dengan `ketidakupayaan' atau `ketidakmampuan'. \
Selain itu, masalah sosial juga menunjukkan ketidakharmonisan atau disorganisasi sistem-sistem sosial yang ada dalam masyarakat, baik sistem keluarga, sistem sosial lokal hingga negara. Sistem-sistem sosial tersebut tidak mampu melaksanakan perananya dengan baik, sehingga sekelompok individu dalam masyarakat terlempar dari sitem sosial yang normatif. Masalah sosial terjadi karena struktur dari sistem masyarakat tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Contoh masalah sosial tersebut antara lain adalah pengangguran, kemiskinan, daerah kumuh, pengungsi, perdagangan anak dan wanita.
Menurut perspektif profesi pekerjaan sosial, masalah sosial merupakan kondisi atau sitiasi sosial yang dinilai orang sebagai kondisi yang tidak enak dan mengganggu. Suatu kondisi disebut masalah sosial atau tidak tergantung pada orang atau pihak yang memberikan penilaian dan alasan penilaiannya.
Masalah sosial timbul dari berbagai sebab, baik faktor pelaku (internal factor) maupun faktor lingkungan (eksternal factor). Faktor-faktor internal dan eksternal saling berinteraksi dan berindependensi, sehingga masalah sosial biasanmya kompleks dan tidak mudah dipecahkan. Masalah sosial mempunyai berbagai dimensi, baik ekonomi, sosial, budaya, biologis, psikologis, spiritual, hukum maupun keamanan, sehingga masalah sosial hanya bisa didekati secara lintas sektor dan interdisipliner.
Secara konseptual, istilah masalah (problem) sering dibedakan dalam dua pengertian yaitu antara masalah kemasyarakatan (societal problems) dengan masalah sosial (sosial problems). Pengertian pertama berkaitan dengan berbagai gejala kehidupan masyarakat, sedang pengertian kedua berkaitan dengan berbagai gejala abnormal dalam masyarakat. Dalam rangka memahami kedua masalah tersebut, disiplin Sosiologi dan Pekerja Sosial (Social Work) mempunyai andil yang signifikan. Sosiologi berupaya untuk menyelidiki berbagai persoalan umum dalam kehidupan masyarakat, dengan tujuan untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Pekerja sosial melakukan berbagai upaya perbaikan dan penanganan terhadap persoalan tersebut. Jadi, sosiologi berusaha memahami gejala-gejala atau kekuatan-kekuatan kemasyarakatan, termasuk masalah sosial, sedang Pekerja Sosial berusaha untuk menanggulangi gejala-gejala abnormal atau masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Masalah sosial sebenarnya merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri (community development dan growth), walaupun masalah sosial adalah hasil yang tidak diharapkan (unexpectation results). Masalah sosial sebenarnya merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat, karena memang tidak ada suatu masyarakat pun yang bebas dari masalah sosial. Hal itu identik dengan peraturan baru. Peraturan dibuat untuk mengatur aktivitas dan perilaku manusia, namun konsekuensinya akan ada individu-individu yang melanggar peraturan-peraturan tersebut, sehingga setiap ada peraturan pasti akan ada pelanggaran. Jadi, tidak ada peraturan yang tidak dilanggar.
Perubahan dan perkembangan masyarakat terjadi secara bervariasi, artinya ada yang terjadi secara lambat (evalution), namun akan ada yang terjadi secara cepat (revolution). Perubahan dan perkembangan masyarakat secara secapt, apalagi tidak direncanakan dengan baik (unplanned), biasanya menimbulkan masalah sosial. Masyarakat senantiasa berupaya menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan tersebut, namun biasanya ada sekelompok individu yang tidak mampu melakukannya, sehingga berada dalam kesulitan (private trouble) dan masalah (private problems).
Masalah sosial merupakan dampak interaksi sosial antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Interksi sosial berkisar pada ukuran nilai, adat istiadat, tradisi dan ideologi, yang ditandai dengan proses sosial yang disosiatif. Masalah sosial menunjukan ketidaksesuaian antar unsur kebudayaan, sehingga membahayakan kehidupan masyarakat. Banyak pakar yang menggunakan ukuran atau indeks untuk memahami masalah sosial, misalnya indeks simple rates, social distance, dan compisite. Indeks simple rates yaitu angka laju gejala abnormal dalam masyarakat, seperti angka bunuh diri, perceraian, kenakalan anak dan seterusnya. Indeks social distance yaitu angka jauhnya jarak individu dengan individu lain atau dengan sistem sumber.Individu yang merasa dirinya jauh dari individu lain dan sistem sumber akan mengalami hubungan yang kurang harmonis, sehingga mengalami kesulitan melaksanakan peranan (private troubles) dan dapat melakukan perilaku menyimpang (deviant behavior). Indeks composite yaitu gabungan dari berbagai indeks dan bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan satu dengan lainnya. Selain itu, dapat digunakan kriteria umum yang dapat dipakai sebagai ukuran terjadinya suatu disorganisasi dalam masyarakat, seperti: keresahan sosial (social unrest).

SOLUSI UNTUK MENGATASI KEMISKINAN
orang bisa miskin karena tidak bisa memanfaatkan potensi yang di punyainya dengan baik.
untuk mengatasi kemiskinan pertama kita harus mencari potensi kelebihan diri kita sendiri lalu manfaatkanlah sebaik mungkin untuk mencari uang dengan pemikiran yang cerdas. dan dari diri sendiri harus berusaha terus menerus ditambah dengan doa agar kebutuhanny terpenuhi. untuk pemerintah dapat menyediakan lapangan kerja yang dapat menampung orang" serta menyediakan pendidikan gratis utk anak" yang tidak punya biaya untuk sekolah. dan untuk masyarakat yang mampu jangan susah bersedekah kepada orang  yang mebutuhkan ..